Makalah Hakikat Belajar dan Pembelajaran
HAKIKAT BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
LAPORAN BAB
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
belajar dan pembelajaran yang diampu oleh Ade Kusnan Afandi, M.Pd.
oleh:
1.
Ayu Erawati IIIA 882010116005
2.
Kholifah Ali
Muhyidin IIIA 882010116021
3.
Muhamad Trianto IIIA 882010116028
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
UNIVERSITAS WIRALODRA
2017
MOTTO
HIDUP
1.
Ayu Erawati
“Melakukan
yang terbaik diantara yang baik”
2.
Kholifah
Alimuhyidin
“Lebih baik
merangkak daripada berhenti
ataupun putar balik”
3.
Muhamad Trianto
“Lebih baik diasingkan
daripada menyerah kepada kemunafikan”. Gie
KATA
PENGATAR
Puji syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT. Atas segala
nikmat yang telah diberikan kepada kita semua sehingga penyusunan laporan
dengan judul “Hakikat Belajar dan pembelajaran” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam selalu kita curahkan
kepada panutan dan tauladan hidup kita, yakni Nabi Muhammad SAW. Yang telah
membawa hidup kita ini dari zaman kegelapan ke zaman terang-benderang.
Laporan ini berisi tentang pentingnya “Belajar dan
Pembelajaran” yang semoga bermanfaat untuk kegiatan belajar dan mengajar di
dalam kelas khususnya, karena hakikat belajar pada dasarnya adalah proses untuk
menuju kearah yang lebih maju dan berkembang lagi sesuai dengan perkembangan
teknologi dan jaman.
Dalam penyusunan makalah ini. Penulis tidak dapat
menyelesaikan makalah ini tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada Dosen mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran dan teman-teman yang telah mendukung pembuatan laporan
ini.
Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari penulis apabila
laporan ini dapat terpakai sesuai fungsinya, dan pembacanya dapat mengerti
dengan jelas apa yang dibahas didalamnya. Tidak lupa juga penulis menerima
kritikan dan saran yang membangun, yang sangat diharapkan demi memperbaiki
pembuatan laporan di kemudian hari.
Indramayu,
18 Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
MOTTO HIDUP ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR.....................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................
iii
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ........................................ iii
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................ iii
1.3 TUJUAN ............................................................................... iii
1.4 MANFAAT ............................................................................ iii
A. PRAKTIS .......................................................................... iii
B. TEORITIS ......................................................................... iii
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................
iii
2.1 HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN .......................... iv
2.2 HAKIKAT BELAJAR ................................................................. iv
2.3 HAKIKAT PEMBELAJARAN .................................................... iv
2.4 TUJUAN PEMBELAJARAN ....................................................... iv
2.5 UNSUR-UNSUR DINAMIS ........................................................ iv
2.6 DINAMIKA GURU ..................................................................... iv
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................
vi
3.1 SIMPULAN ................................................................................. vi
3.2 SARAN ....................................................................................... vi
3.3 PENUTUP ................................................................................... vi
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... vii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Revolusi di bidang
teknologi komunikasi dan informasi ternyata telah mempengaruhi hampir seluruh
aspek kehidupan manusia modern, termasuk dalam dunia pendidikan dengan
munculnya istilah-istilah seperti e-learning, e-book sampai e-education.
Revolusi ini juga berpengaruh pada paradigma pendidikan akan “tempat” belajar,
dimana gedung sekolah yang berdiri tegak dengan atap dan dinding akan semakin
tak populer karena manusia bisa belajar di mana saja dengan bantuan teknologi. Di
sini yang terpenting adalah interaksi manusia itu dengan materi pelajaran dan
proses terusannya, pemahaman dan penguasaan ilmu. Di mana (sekolah?) atau kapan
(pagi atau siang?) tidak lagi menjadi pertanyaan penting sebab otak manusia
sekarang sudah terbiasa dengan konsep ruang dan waktu yang bersifat relatif.
Proses belajar pada
hakikatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya,
proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat
disaksikan. Manusia hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala
perubahan perilaku yang tampak. Oleh karena itu, George R. Knight (1982: 82)
menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik dan
lingkungan yang lebih terbuka sehingga peserta didik dapat mengerahkan
energinya dengan cara yang efektif. Lebih lanjut, peserta didik harus dianggap
sebagai makhluk yang dinamis, sehingga harus diberi kesempatan untuk menentukan
harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik) lebih berperan sebagai penasehat,
penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan. Guru bukanlah satu-satunya orang yang
paling tahu. Oleh karena itu, pembelajaran harus berpusat pada peserta didik
(child centered), tidak tergantung pada text book atau metode
pengajaran tekstual.
Berdasarkan latar belakang
di atas maka penulis mengajukan makalah yang berjudul “Hakikat Belajar dan
Pembelajaran” yang nantinya dapat memperjelas pengertian dan hakikat dari
belajar.
1.2 Rumusan masalah
Adapun
masalah yang ingin diajukan penulis dalam laporan ini yaitu sebagai berikut:
1. Jelaskan
yang dimaksud dengan hakikat belajar dan pembelajaran?
2. Jelaskan
yang dimaksud dengan ciri-ciri belajar dan pembelajaran?
3. Jelaskan
tujuan dari belajar dan pembelajaran?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan memahami hakikat belajar dan pembelajaran
2. Untuk
mengetahui dan memahami ciri-ciri belajar dan pembelajaran
3. Untuk
mengetahui dan memahami tujuan dari belajar dan pembelajaran
1.4 Manfaat
1. Manfaat
Teoritis
Penelitian ini
diharapkan memberikan manfaat secara teoritis , sekurang-kurangnya dapat
berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
Penulis
Menambah wawasan
penulis mengenai wacana nilai pendidikan khususnya mata kuliah “Belajar dan
Pembelajaran” untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam bersikap
berperilaku.
b. Bagi
Lembaga Pendidikan
Sebagai masukan yang
membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para
pendidik yang ada di dalamnya dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan
serta pemerintah secara umum. Kemudian dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan
dalam dunia pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia
sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan yang ada.
c. Bagi
Ilmu Pengetahuan
Menambah wawasan tentang
nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam mata kuliah “Belajar dan
Pembelajaran” di dalam dunia pendidikan.
d. Bagi
Penelitian berikutnya
Dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbanga atau dikembangkan lebih lanjut serta referensi terhadap
penelitian yang sejenis.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Hakikat belajar dan pembelajaran
A. Pengertian
Belajar dan Pembelajaran Menurut Para Pakar
Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2017:17) mendefinisikan kata
“pembelajaran” berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan
oleh orang supaya diketahui atau diturut, sedang “pembelajaran” berarti proses,
cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Menurut Kimble dan
Garmezy (dalam Pringgawidagda, 2002: 20) Pembelajaran adalah suatu perubahan
perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang.
Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan
diajarkan.
Selain
itu, Rombepajug (1998:25) juga berpendapat bahwa pembelajaran adalah
pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui
pelajaran, pengalaman, atau pengajaran.
Brown (2007:8)
memerinci karakteristik pembelajaran sebagai berikut:
1. Belajar
adalah menguasai atau memeroleh.
2. Belajar
adalah mengingat-ingat informasi atau keterampilan.
3. Proses
mengingat-ingat melibatkan sistem penyimpanan, memori dan organisasi kognitif.
4. Belajar
melibatkan perhatian aktif sadar dan bertindak menurut peristiwa-peristiwa
diluar serta didalam organisme.
5. Belajar
itu bersifat permanen, tetapi tunduk pada lupa.
6. Belajar
melibatkan berbagai bentuk latihan, mungkin latihan yang ditopang dengan
imbalan dan hokum.
7. Belajar
adalah suatu perubahan dalam perilaku.
Pembelajaran
membutuhkan sebuah proses yang disadari yang cenderung bersifat permanen dan
merubah perilaku. Pada proses tersebut terjadi pengingatan informasi yang
kemudian disimpan dalam memori dan organisasi kognitif. Selanjutnya,
keterampilan tersebut diwujudkan secara praktis pada keaktifan siswa dalam
merespon dan bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri siswa
ataupun di lingkungannya.
Ciri-ciri
belajar senada juga diungkapkan oleh Burhanuddin dan Wahyuni (2007:15-16),
yaitu sebagai berikut:
1. Belajar
ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behaviour)
2. Perubahan
perilaku relative permanen
3. Perubahan
perilaku tidak harus segara dapat diamati pada saat proses blajar berlangsung,
perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
4. Perubahan
perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar berlangsung,
perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
5. Pengalaman
atau latihan itu dapat memberi penguatan.
B. Prinsip
Belajar
Menurut Suprijono
(2009:4-5), prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal. Pertama, prinsip
belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Sebagai
hasil tindakan rasional instrumental, yaitu perubahan yang disadari.
2. Kontinu
atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
3. Fungsional
atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4. Positif
atau Berakumulasi.
5. Aktif
sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6. Permanen
atau tetap.
7. Bertujuan
dan terarah.
8. Mencakup
keseluruhan potensi manusia.
Kedua,
belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena dorongan kebutuhan dan tujuan
yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif,
dan organik. Ketiga, Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dan lingkungannya. William
Burton mengemukakan,”A good learning
situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified
around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich varied and
propocative environment.” (Suprijono,2009:5).
C. Tujuan
Belajar
Menurut Suprijono,
tujuan belajar yang ekplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan
instruksional yang dinamakan instructional
effect, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan,
tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional
disebut nurturan effect. Bentuknya
berupa kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis,
menerima orang lain dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari
peserta didik “menghidupi” suatu lingkungan belajar tertentu.
D. Hasil
Belajar
Menurut
Suprijono (2009:5-6), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai
pengertian-pengertian, sikap-sikap,apresiasi, dan keterampilan. Menurut
pemikiran Gagne, hasil belajar merupakan hal-hal berikut:
1. Informasi
Verbal.
Merupakan kapabilitas
yang mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2. Keterampilan
Intelektual.
Merupakan kemampuan
mempresentasikan konsep dan lambing.
3. Strategi
Kognitif.
Merupakan kecakapan
yang menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya.
4. Keterampilan
Motorik.
Merupakan kemampuan
untuk melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga
terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap.
Merupakan kemampuan
untuk menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek
tersebut.
E. Tipe
Kegiatan Belajar
Kegiatan belajar digolongkan
menjadi belajar gerakan, belajar pengetahuan dan belajar pemecahan masalah. Ada
pula yang menggolongkan kegiatan belajar menjadi belajar informasi, belajar
konsep, belajar prinsip, belajar keterampilan, dan belajar sikap. Seacara
ekletis, kategorisasi kegiatan belajar yang bermacam-macam tersebut dapat
dirangkum menjadi tipe kegiatan belajar (Suprijono,2009:8-10).
2.2
Hakikat
belajar
Belajar adalah suatu
aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kpribadian. Dalam
konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan menurut pemahaman sains
konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman
(experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan,
(knowledge), atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum
dalam pembelajaran sains secara konvesional, dan beranggapan bahwa pengetahuan
sudah terserat di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi,
menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.
Fakta dalam
praktikpengajaran selama ini, tatkala guru menjadi pusat kegiatan pengajaran,
guru menjadi dominan,siswa seolah gelas kosong yang harus selalu disi air.
Menurut Paulo freire, penganut sosialisme (dari brasilia), salah satu poinir
paham rekonstruksionisme social, model pembelajaran ini merupakan aktivitas
pengajaran gaya bank, atau model deposito. Di sini guru sebagai deposan selalu
mendepositokan pengetahuan kepada siswa, sementara siswa paif dan reseptif,
pembelajaran berlangsung tanpa ada demokratisasi, memasung kreativitas dan abai
terhadap hak asasi siswa. Model ini oleh muska mosston disebut pengajaran gaya
komando (rosyada, 2004: 89-90).
Lebih lanjut, freire
melakukan kritik tajam terhadap pengajaran semacam itu, freire mengatakan bahwa
sekolah telah menjadi alat penjinakan yang memanipulasi peserta didik agar mereka
dapat diperalat untuk melayani kepentingan penguasa.menurut bahasa ivan Illich,
sekolah semata-mata dijadikan alat legitimasi sekolah elite social.
Dalam hubungan ini,
Ronald gross dalam bukunya berjudul peak learning (1991), sebagai akibat
praktik belajar yang kurang kondusif, tidak demokratis, tidak memberikan
kesempatan untuk berkreasi dan belum mengembangkan seluruh potensi anak didik
secara optimal, telah mengidentifikasi enam mitos tentang belajar. Keenam mitos
itu adalah sebagai berikut:
1) Belajar
itu membosankan, merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan;
2) Belajar
hanya terkait dengan materi dan keterampilan yang diberikan sekolah;
3) Pembelajaran
harus pasif, menerima dan mengikuti apa yang diberikan guru;
4) Di
dalam belajar, si pembelajardibawah perintah dan aturan guru;
5) Belajar
harus sistematis, logis dan terencana;
6) Belajar
harus mengikuti seluruhprogram yang telah ditentukan.
Mitos semacam itu
timbul karena dilandasi oleh fakta, banyak praktik pembelajaran di sekolah yang
menunjukan pelaksanaan hal-hal tersebut . oleh sebab itu, harus diciptakan
suasana agar belajar di sekolah berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
Kembali kepada konsep
belajar, setiap ahli psikologi memberikan definisi dan batasan yang berbeda-beda,
akibatnya terdapat keragaman didalam menjelaskan dan mendefinisikan makna
belajar. Witherington (1952) seperti yang dikutip oleh sukmadinata (2004: 155)
menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimenfestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang terbentuk keteampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Pendapat yang hamper sama
dinyatakan oleh crow and crow dan juga hilgard. Menurut crow and crow (1958)
dalam sukmadinata (2004: 155-156), belajar merupakan diperolehnya
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuandan sikap baru.
Menurut hilgard (1962),
belajar adalah suatu proses dimana suatu muncul atau berubah karena adanya
respon terhadap suatu situasi. Selanjutnya bersama-sama dengan marquis, hilgard
memperbarui definisinya dengan menyatakan bahwa belajar merupakan proses mencari
ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan
lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri. Witherington, crow and crow
serta hilgard tergolong ahli pendidikan yang terpengaruh oleh behaviorisme,
yaitu adanya perubahan perilaku (behavior)karena pengalaman atau latihan.
Berkaitan dengan
pengaruh pengalaman terhadap belajar, banyak sekali definisi parapenganut
empirisme tentang belajar.gage (1984) dalam sagal (2009) mendenfinisikan
belajarsuatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
dari pengalaman. Oxford advanced learner<s dictionary (1990: 709)
mendefinisikan belajar sebagai kegiatan memperoleh pengetahuan atau
keterampilan melalui studi, pengalaman atau karena di ajar. Gagne (1977).
Seperti yang dikutip oleh dahar (1993: 76), menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan
tingkah laku yang meliputi perubahan
kecenderungan manusia,seperti
sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya , yaitu peningktan
kemampuan untuk , melakukan berbagai jenis kinerja. Hampir mirip dengan
definisi gagne, divesta and Thompson (1970) dalam sukmadinata (2004: 156
menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tinkah laku yang relative menetap
sebagai hasil dari pengalaman. Secara lebih ringkas gagne and Berliner (1970)
dalam sumber yang sama, menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku muncul karena pegalaman.
Ketika pendekatan pembelajaran
berbasis lingkungan berkembang maka definisi belajar juga menyesuaikan diri .
belajar secara umum dapat dimaknai sebagai suatu proses perubahan perilaku
akibat interaksi individu dan lingkungannya. Driver and bell (1986) dalam leo
sutrisno (1994) mendefinisikan belajar adalah suatu proses aktif menyusun makna
melalui setiap interaksi dengan lingkungan , dengan membangun hubungan antara
konsepsi yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari. Pandangan
driver and bell ini kelihatan sekali sudah dipengaruhi oleh aliran
konstruktivisme dalam pembelajaran.
2.3
Hakikat Pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai
sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku.
Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku
peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang
dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu
generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara
efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan
sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran
itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).
Sedangkan menurut Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran
adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan
profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Gagne dan
Briggs (1979:3). mengartikan
instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar siswa yang bersifat internal. Sedanghkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Berangkat dari pengertian tersebut,
maka dapat dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang
sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada
proses pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan
bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto,
1997: 34). Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran
yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi
dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dapat dicapai oleh peserta didik.
Keaktifan peserta didik ini tidak hanya
dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik
peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka
kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan
peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di
dalam dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).
Pembelajaran pada hakekatnya adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi
perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk
membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan
minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan
fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar
peserta didik.
Fungsi-fungsi
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1)
Pembelajaran sebagai sistem
Pembelajaran sebagai sistem terdiri
dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran ,
materi pembelajaran , strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat
peraga , pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan).
2)
Pembelajaran sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses merupakan
rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:
a)
Persiapan, merencanakan
program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson
plan) dan penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga,
dan alat evaluasi, buku atau media cetak lainnya.
b)
Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak
dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang
telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen
guru , persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;
c)
Menindaklanjuti pembelajaran yang
telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment
(pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching
bagi siswa yang berkesulitan belajar.
Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut
:
1. Merupakan upaya sadar dan
disengaja.
2. Pembelajaran harus membuat
siswa belajar.
3. Tujuan harus ditetapkan
terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
4. Pelaksanaannya terkendali, baik
isinya, waktu, proses
maupun hasil.
2.3
Tujuan Belajar Dan Pembelajaran
1. Tujuan Intruksional, Tujuan Pembelajaran, dan Tujuan Belajar
Guru-guru merumuskan tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional khusus
(TIK) atau tujuan pembelajaran
khusus (TPK) juga disebut sebagai sasaran belajar siswa. Tujuan
instruksional
(pembelajaran) khusus (TIK/TPK)
mempertimbangkan
pengetahuan awal dan kebutuhan belajar siswa.
Dari segi guru tujuan instruksional dan
tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak mengajar dengan acuan berbeda.
Tujuan instruksional (umum dan
khusus) dijabarkan dari kurikulum yang berlaku secara legal di sekolah.
Dari segi siswa, sasaran belajar
tersebut murupakan panduan belajar. Panduan belajar tersebut harus diikuti,
sebab mengisyaratkan kriteria keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar siswa
merupakan prasyarat belajar selanjutnya. Keberhasilan belajar siswa berarti
tercapainya tujuan belajar siswa dengan demikian merupakan tercapainya tujuan instruksional
dan sekaligus tujuan belajar bagi siswa.
2. Siswa dan Tujuan Belajar
Siswa dalah subjek yang terlibat dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami
tindak mengajar, dan merespon dengan tindak belajar. Pada umumnya semula siswa
belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru tentang sasaran
belajar, maka siswa mengetahui apa dan arti bahan belajar beginya.
Siswa mengalami suatu perses belajar.
Dalam proses belajar tersebut siswa menggnakan kemampuan mentalnya untuk
mempelajari bahan belajar. Kemempuan-kemampuan kognitif, afektif, psikomotor
yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat.
Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi
dan keberhasikan belajar, menyebabkan siswa semakin sadarakan kemampuan
dirinya.
2.5 Unsur-unsur dinamis dalam Belajar
dan Pembelajaran
Dari
segi siswa, belajar merupakan kegiatan peningkatan kemampuan kognitif,afektif,
dan psikomotorik menjadi lebih baik. Timbul pertanyaan “bagaimana cara siswa
meningkatkan kemampuan dirinya” tersebut? Dari segi guru, belajar merupakan
akibat dari tindakan pembelajaran. Timbulah pertanyaan pernyataan “Bagaimana
cara guru meningkatkan acara pembelajaran sehingga siswa belajar secara
berhasil?”
1.
Dinamika siswa
dalam Belajar
Siswa yang belajar
berarti menggunakan kemampuan Kognitif,Afektif, dan Psikomotorik terhadap
lingkungannya. Ada beberapa ahli yang mempelajari ranah-ranah tersebut dengan
hasil penggolongan kemampuan-kemampuan pada ranah Kognitif, Afektif,
Psikomotorik secara Hierarkis. Hasil penelitian para ahli tersebut
berbeda-beda. Dia antara ahli yang mempelajari ranah-ranah kejiwaan tersebut
adalah Bloom, Krat,Hwohl, dan Simpsod. Mereka ini menyusun golongan perilaku
berkenaan dengan kemampuan internal dalam hubungannya dengan tujuan pengajaran
hasil penelitian mereka dikenal dengan taksonomi intruksional bloom dan
kawan-kawan. Bloom dan kawan-kaawan tergolong pelopor yang mengategorikan jenis
perilaku belajar kebaikan teksonomi Bloom terletak pada rinciannya jenis
perilaku yang terkait dengan kemampuan Internal dan kata-kata kerja
operasional. Jenis perilaku tersebut juga di pandang bersifat hirarkis walaupun
ada kritik-kritik tentang taksonomi Bloom, kiranya taksonomi tersebut masi
dapat di pakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan akibat belajar.
Ranah kognitif (boom,dkk) terdiri dari enam jenis
perilaku sebagai berikut:
1.
Pengetahuan,
Mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah di pelajari dan tersimpan
dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian,
kaidah, prinsipp, atau metode.
2.
Pemahamn,
mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang di pelajari.
3.
Penerapan,
mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang
nyata dan baru.
4.
Analisis,
Mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga
struktur keseluruhan dapat di pahami dengan baik.
5.
Sintesis,
mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
6.
Evaluasi,
mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteri
tertentu.
Ke enam jenis perilaku
ini bersifat Hierarkis, artinya perilaku pengetahuan tergolong terendah, dan
perilaku evaluasi tergolong tertinggi perilaku yang terendah merupakan perilaku
yang “harus” dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari perilaku yang lebih
tinggi.
Ranah Afektif
(Krathwohl dan Bloom, dkk) terdiri dari lima perilaku-perilaku berikut:
1.
Penerimaan, yang
mencangkup keppekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal
tersebut.
2.
Partisipasi,
yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan.
3.
Penilaian dan
Penentuan Sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan
menentukan sikap.
4.
Organisasi, yang
mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai suatu pedoman dan
pandangan hidup.
5.
Pembentukan Pola
Hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola
nilai kehidupan pribadi.
Kelima jenis tersebut
tampak mengandung tumpang tindih dan juga berisi pengetahuan kognitif.
Ranah Psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis
perilaku, yaitu:
1.
Persepsi, yang
mencakup kemampuan memilah milahkan (mendeskriminasikan) Hal-hal secara khas,
dan menyadari adnya perbedaan yang khas tersebut.
2.
Kseiapan, yang
mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu
gerakan atau rantaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani.
3.
Gerakan
terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai conoh atau gerakan
peniruan.
4.
Gerakan yang
terbiasa, mencakup kemampuan melakukan
gerakan-gerakan tanpa contoh
5.
Gerakan
kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan yang terdiri dari banyak
tahap, secara lancer, efesien, dan tepat.
6.
Penyesuaian pola
gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian dan pola
gerak gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
7.
Kreativitas,
Mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak baru atas dasar prakarsa
sendiri.
Ketujuh jenis perilaku
tersebut mengandung urutan taraf ketrampilan yang berangkai. Kemampuan-kemampuan
tersebut merupaka n urutan fase-fase dalam proses belajar motorik.
Biggs dan Telfer (1987:
96-117) berpendapat siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar
macam-macam motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu:
1.
Motivasi
instrumental
Motivasi Instrumental berarti bahwa
siswa belajar karena didrorong olehadanya hadiah atau menghindari hukuman.
2.
Motivasi Sosial
Motivasi Sosial berarti bahwa siswa
belajar untuk menyelenggarakan tugas.
3.
Motivasi
Intrinsik
Motivasi Intrinsik
berarti belajar karena keinginannya sendiri.
4.
Motvasi
Instrumental
Motivasi Instrumental
berarti motivasi yang berasal dari
kondisi luar lingkungan diri kita sendiri.
2.1
Dinamika Guru dalam Kegiatan Belajar dan
Pembelajaran
Menurut Biggs dan
telfer diantara motivasi belajar siswa ada yang dapat di perkuat dengan cara
pembelajaran. Adapun acara-acara pembelajaran yang berpengaruh pada proses
belajar dapat di tentukan oleh guru. Kondisi eksternal yang berpengaruh pada
belajar yang penting adalah belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar,
dan subjek pembelajaran itu sendiri.
a.
Bahan Belajar
Bahan belajar dapat
berwujud benda da nisi pendidikan. Isi pendidikan tersebut dapat berupa
pengetahuan, perilaku, nilai, sikap, dan metode memerolehan.
Guru memiliki peranan penting dalam
memilih bahan belajar, pertimbangan-pertimbangan yang berlaku di perhatikan
oleh guru adalah sebagai berikut:
·
Apakah isi bahan
belajar sesuai bahan belajar? Jika tidak sesuai, adakah bahan pengganti yang
sederajat dengan, program?
·
Bagaimana
tingkatan kesukaran bahan belajar bagi siswa? Jika bahan belajar tergolong
sukar maka guru perlu “membuat mudah” bahan tersebut bagi siswa. Guru dapat
menunjukan bahan persyaratan menambah waktu belajar, dan menggunakan sumber
lainnya.
·
Apakah isi bahan
belajar tersebut menuntut digunakannya strategi belajar mengajar tertentu? Jika
siswa”telah menangkap isi bahan belajar dengan baik, aoakah guru masih
menceramahkan bahan tersebut di kelas? Dalam hal ini, guru di harapkan
menyesuaikan strategi belajar mengajar dengan bahan belajar.
·
Apakah evaluasi
hasil belajar sesuai dengan bahan belajar tersebut? Kemampuan-kemampuan pada
ranah-ranah kognitif, afektif, sikomotorik, manakah yang terkandung dalam bahan
belajar? Sebagai ilustrasi kemampuan melakukan gerakan kompleks tidak dapat di
evaluasi dengan menggunakan tes yagng memilih benar salah.
b.
Suasana Belajar
Kondisi gedung sekolah, tata ruang
kelas, alat-alat belajar mempunyai pengaruh dalam kegiatan belajar di samping
kondisi fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah juga di pengaruh pada
kegiatan belajar. Guru memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana
belajar yang menarik bagi siswa. Beberapa pertimbangan penting dalam rangka
menciptakan suasana belajar adalah sebagai berikut:
·
Apakah gedung
sekola dan kampus membuat kenyaman belajar?
·
Apakah suasana
pergaulan antar orag tua siswa, pegawai-siswa bersikap akrab dan tertib?
·
Apakah siswa
memiliki ruang belajar di rumah?
·
Apakah siswa
memiliki guru yang cenderung merusak tertib pergaulan?
c.
Media dan Sumber
Belajar
Dewasa ini medi dan
sumber belajar dapat di temukan dengan mudah. Sawah percobaan, kebun bibit,
kebun binatang, tempat wisata, museum, perpustakaan umum, surat kabar, majalah,
radio, sanggar seni, sanggar olahraga, televise dapat di temukan di dekat
kampus sekolah. Disamping itu buku pelajaran, buku bacaan, dan laboratorium
sekolah juga tersedia semakin baik. Guru berperan penting dalam memanfaatkan
median dan sumber belajar tersebut.
d.
Guru Sebagai
Subjek Pembelajaran
Guru memiliki peranan
penting dalam acara pembelajaran. Diantaranya peranan guru adalah sebagi
berikut:
·
Membuat desain
pembelajaran secara tertulis, lengkap, dan menyeluruh.
·
Meningkatkan
diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh.
·
Bertindak
sebagai guru yang mendidik.
·
Meningkatkan
profesinalitas keguruan.
·
Melakukan
pembelajaran sesuai dengan berbagai model pembelajaran yang di sesuaikan dengan
kondisi siswa, bahan belajar, dan kondisi sekolah setempat. Penyesuaian
tersebut di lakukan untuk meningkatkan muutu belajar.
·
Dalam berhadapan
dengan siswa, guru berperan sebagai fasilitas belajar, membimbing belajar, dan
meberi balikan belajar. dengan adanya peranan-peranan tersebut, maka sebagai
pembelajar guru adalah pembelajar sepanjang hayat (Winkel, 1991; Monks, knoers,
siti rahayu, 1989; bigs dan telfer 1987).
BAB
III
PENUTUP
3.1.Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
1.
Belajar adalah proses mental yang
terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku
mental karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
2.
Pembelajaran adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku
kearah yang lebih baik.
3.
Tujuan belajar dan pembelajaran
mencakup tujuan intruksional, tujuan pembelajaran, dan tujuan belajar
3.2. Saran
Sehubungan dengan hasil penulisan makalah ini, penulis
menyarankan kepada para pembaca agar diadakan pengkajian lanjutan yang berjudul
sama dengan makalah ini, agar ditemukan pengertian dari hakekat belajar dan
pembelajaran yang lebih baik.
3.2
Daftar
Pustaka
1.
Dimyati dan Mujiono, 2015. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
RinekaCipta.
2.
Budiningsih,
Asri. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta.
3.
Suyono
dan Harianto, 2016.
Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Ramaja Rosdakarya.
4.
Aunurrahman,
2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
5.
Thobroni,
M, 2015. Belajar dan Pembelajaran (Teori dan Praktik) Jogjakarta. Ar-Ruzz Media
6.
Dahar,
Willis Ratna, 2011, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Erlangga.
Komentar
Posting Komentar